TOoooooOOOoooMMMmm……………..


Nurul Anisa
Matahari masih rendah dan mengintip di sela-sela ranting pohon, cahayanya menembus sejuk sebuah rumah sederhana. Seorang laki-laki sedang sibuk memasak di dapur, tubuhnya kekar dan gagah, namun tetap luwes ketika memperlakukan peralatan dapur. Wajahnya cerah meski belum mandi, senyumnya selalu ramah mengembang ketika menyapa Istrinya yang berbaring lemas dengan perut buncit yang selalu di elusnya. Seperti seorang koki profesional yang segala sesuatunya sudah terencana dengan baik, tidak terkecuali waktu, sebelum anaknya pergi kesekolah, seluruh hidangan sarapan pagi telah tersedia di meja makan. Asap putih tipis mengepul dari ceting yang telah terisi nasi, urap daun singkong nampak hijau pekat menggoda, dan yang paling spektakuler menu pagi ini adalah sambal terasi di coek yang aromanya langsung menusuk hidung dan turun menghujam lambung untuk meremas-remas perut yang sedang kelaparan. Selesai masak, laki-laki perkasa inipun lang menyambar sapu lidi di samping rumah dan sesaat kemudian, halaman rumahnya telah bersih dan indah, belum sempat ia meletakkan sapu, terdengar suara memanggilnya.
Pakne Erna, ayo sarapan”. Panggil perempuan buncit yang terlihat kedodoran yang juga menyelesaikan menyapu lantai rumah. Laki-laki itu berjalan ke arah suara tersebut dan menghampiri istrinya untuk diajak serta menikmati sarapan pagi ini. Usai sarapan, sang anak yang telah rapi bergegas ke teras untuk menunggu ayah yang siap mengantarnya ke sekolah.
“Saya mengantar Erna sebentar ya?” kata laki-laki itu tersenyum. Sang istri mengengguk setuju penuh pengertian.
Rumah berubah menjadi sepi, perempuan buncit itu merebahkan tubuhnya di ranjang, ia nampak gelisah, rasa sakit di perutnya sudah ia rasakan sejak tadi malam. Tidak lama kemudian, sang suamipun datang, wajah perempuan itupun berubah menjadi cerah dan tidak cemas lagi. Waktupun berlalu, rasa sakit tiba-tiba datang, wanita itupun merintih menahan sakit, mendengar itu sang suami langsung menghampiri untuk berpamitan memanggil Dukun Bayi Mbok Warmi.
Waktu berlalu, lama Mbok Warmi menunggu kelahiran Sang Bayi dari rahim Ibu. Entah mungkin karena khawatir, sehingga Ayah terlalu terburu-buru memanggil Dukun, satu jam telah berlalu, kopi yang dibuatkan ayahkupun sudah tinggal satu teguk lagi habis. Tiba-tiba ada seseorang yang mencari Mbok Warmi, setelah berbicara sebentar, orang tersebut meminta ijin ayahku bahwa Mbok Warmi akan diajak pulang sebentar, ayahku mempersilahkannya. Rumah sederhana itu kembali lengang, sang suami sengaja hari ini tidak berangkat bekerja karena menunggui anaknya yang akan lahir.
Sekitar setengah jam kemudian, tiba-tiba Istrinya merintih kesakitan, ia segera beranjak pergi untuk menjemput kembali Dukun Bayi. Ketika Mbok Warmi datang, ketuban ibu telah pecah, dengan lembut Mbok Warmi menenangkag Ibu yang sudah tidak berdaya itu setelah sebelumnya beliau memerintahkan Ayah memanggil Bidan Aswatun. 
Ayah dan Bu Bidan sampai dirumah disambut oleh tangisan Bayi, ayah tersenyum bahagia dan Bu Bidan segera ikut nimbrung menolong persalinan Ibu. Sang Bayi diberikan oleh Mbok Warmi kepada Ayah, Beliau menyambutnya dengan gembira, ia dekatkan mulutnya ke telinga kanan sang bayi untuk kemudian dikundangkan adzan, dan disusul telinga kiri dengan bacaan Iqomah. 
 Seluruh yang hadir di persalinan Ibuku siang itu ikut berbahagia, mereka semua bersyukur kepada Allah atgas kelahiranku ini, ayah sangat bersyukur hingga matanya beerkaca-kaca, hari ini, senin legi, 18 Oktober 1999 bertepatan dengan 8 Rajab 1420, sekitar pukul 11.00 WIB, anaknya lahir dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun. Kebahagiaan keluargaku makin lengkap ketika kakakku datang dari sekolah, ia langsung menghambur dan menciumku dengan lembut, mungkin takut kalau aku terbangun dari tidurku.
Tidak seperti biasa yang terjadi di kasmpungku, upacara pemberian nama untukku tidak dilakukan ketika umurku 7 hari, tapi dilaksanakan ketika aku berumur 40 hari. Untuk mengakikohiku, ayah menyembelih seekor kambing jantan yang sangat besar, meski begitu, upacara pelaksanaan pemberian nama dilaksanakan dengan sangat sederhana, namun hal itu sama sekali tidak mengurangi makna dari peristiwa kelahiranku. Upacara selamatan dilaksanakan dengan mengundang para sedulur, dan tetangga. Maksud dari ritual selamatan ini adalah meminta kepada seluruh yang hadir di selamatan untuk secara bersama berdoa atas keselamatan keluarga kami dan khususnya untukku, bayi mungil yang baru lahir. Aku diberi nama Nurul Anisa yang artinya “wanita yang bercahaya”.
Biduk rumah tangga orang tuaku berubah, sesudah kelahiranku rizki keluargaku menjadi sulit. Allah menguji kekuatan kami saat itu, ayah jarang bekerja, kalaupun bekerja entah karena apa, tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, semua menjadi berat dan sulit. Namun ayah adalah seorang laki-laki yang kuat dan gagah dalam menghadapi cobaan hidup, beliau tidak pernah menyalahkan kelahiranku, beliau ikhlas dengan tetap berusaha sekuat tenaga menghadapi cobaan ini. Beliau tidak cemas, apalagi takut menghadapi masa depan keluarga, kebijaksanaan ayah inilah yang membuatku kagum dan sayang kepada Ayah.
Parso adalah nama ayahku, nama yang sederhana seperti pandangan hidupnya, nama yang kuat seperti jiwanya, sekaligus nama yang lembut seperti kasih sayangnya kepada keluarga. Ibuku bernama Rohmiati, wanita sederhana yang sangat menyayangi keluarga dan sabar, sabar menjagaku, merawatku, sekaligus menghadapi kenakalanku. Aku juga mempunyai seorang Kakak yang sangat menyayangiku, namanya Mbak Erna Afriana.
Masa kecilku aku lalui dengan penuh keceriaan, dulu aku dikenal oleh tetanggaku sebagai anak yang nakal, bandel, ceriwis, dan menggemaskan. Kira-kira saat umurku 18 bulan, aku menonton televisi bersama Ibu dan Budeku, tanpa aku sadari aku tertidur di lantai, akhirnya ketika Ibu dan Budeku mengantuk, mereka berduapun juga ikut tidur di lantai tersebut. Ketika malam telah larut, aku terbangun, suasana sangat sepi dan lengang, namun kulihat TV masih menyala. Aku bermaksud untuk mematikan TV tersebut dengan mencabut Stop Contak yang tergeletak di samping TV. Namun tiba-tiba saat aku mencabutnya, aku tersetrum…!!!
“Toooooooooooooommmmm!!!!!????” itu teriakan dari mulutku yang masih pelat atau belum fasih bilang setrum  karena menahan sengatan listrik tegangan tinggi dan kemudian “Bruk!” akupun jatuh ke lantai.
Paginya seluruh saudara dan tetangga mengerubuti aku yang masih lemas digendong Ibu, mereka tidak sadih ataupun prihatin dengan peristiwa naas yang menimpaku tadi malam, tapi mereka malah menertawakannya.
“Piye, Nduk? Rasane kesetrum?” itulah yang selalu ditanyakan kepadaku oleh setiap orang yang ada di sekitarku, dan dengan penuh semangat akupun menceritakan peristiwa tadi malam dengan gerak tubuh mungil dan bahasaku yang masih belepotan. Dan yang membuat mereka tertawa ternyata bukan hanya gaya berceritaku yang menggemaskan, tapi suara teriakanku yang ternyata tidak ada hubungannnya dengan rasa sakit. Biasanya ketika anak kecil sedang kesakitan, maka ia akan berteriak “aduuuhhh!!!”, “athoooo!!!”, atau memanggil “Maaa’eeeeee!!!”, atau teriakan yang lain, tapi ini kok malah teriak “Toooooommmm!!!?”.
Aku tumbuh dengan segudang cerita ceria dxan lucu, diantaranya begini sahabat pembaca, saat usiaku telah 2,5 tahun, aku meminta ayah agar menyekolahkan aku. Namun ayahku tidak mau karena katanya aku masih terlalu kecil, akupun marah dan mutong, tapi ayah tetap tidak mau menuruti kemauanku, Ibupun ikut menasehatiku agar aku bersabar satu atau dua tahun lagi, karena saat itu usiaku belum pantas untuk sekolah. Akupun marah dan menangis sejadi-jadinya, aku berteriak-teriak minta sekolah, sementara ayah dan Ibuku tidak bergeming dan tetap kukuh dengan pendiriannya. Aku tidak mau kalah, aku tambah volume tangisku yang melengking seolah membelah langit, air mataku deras mengalir bagai air hujan, ingusku menetes dari hidung dan bergelantungan di bibir mulutku seperti stalakmit gua maharani lamongan. Menyaksikan itu semua, akhirnya Ayah menyerah meski tidak menyerah total, beliau menyerah dengan syarat yang harus aku patuhi, yaitu aku tidak boleh nakal ketika nanti di sekolah, akupun mengangguk setuju.
  Syarat yang dibebankan kepadaku oleh Ayah, adalah syarat yang sederhana dan mudah bagiku untuk melaksanakannya, ini terbukti dengan nilai semester pertamaku bagus dan juga nilai akhlakku. Namun pada semester berikutnya, yaitu semester 2, aku mulai lupa dan mengabaikan perjanjian keramat dengan ayahku, aku berubah lagi menjadi anak yang usil, bandel, dan nakal. Hal ini terbukti dengan nilaiku yang tetap bagus di semester 2 ini, tapi buruk dalam nilai akhlak dan tingkah laku. “ Waduh… jadi malu, dech…!!?”

Aku lulus Tk tahun 2002/2003, kemudian melanjutkan di MI Al-Islah. Pada saat Ujian Nasional hari ke-3, tiba-tiba aku sakit. Saat itu ujian soal Matematika, akupun tidak mengerjakan soal, aku hanya mengisi identitas saja. Ketika salah satu pengawas UN melihatku sakit, maka ia memanggil Bapak Kepala Sekolah dan meminta beliau untuk mengantarkanku pulang. Aku pun diantarkan pulang dan soal ku dikerjakan oleh temanku yang bernama Desi.
Al-hamdulillah aku lulus. Aku lulus MI tahun 2009/2010 dan melanjutkan di MTs NU Tengguli, lulus Tahun 2012/2013. Kemudian aku melanjutkan ke Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama Tengguli, sekarang aku duduk di kls X.
Di kelas X ini aku di beri tugas oleh Bpk Ali Burhan untuk membuat sejarah kelahiranku, dan saat melakukan penelitian, aku menemukan benda-benda artefak seperti: popok, baju, dan topi. Tapi, sekarang benda-benda artefak itu sudah turun temurun dipakai keponakan-keponakanku. Aku juga menemukan mainan-mainanku dulu disaat aku masih kecil, mainan itu di simpan ibuku di kardus dan ditaruh di gudang. Aku juga menemukan tempat minumku dulu saat aku masih TK, setiap hari aku selalu membawa tempat minum itu ke sekolah.
Sudah dulu ya, Aku sudah lelah bercerita, Mohon maaf apabila ada kesamaan Nama, Cerita, Tempat, dan Kejadian Perkara, he… he… he…

 Ceting = tempat nasi dari bambu
Coek = cobek
Pakne Erna = Bapaknya Erna, Adat jawa pesisiran, memanggil suami dengan nama anaknya yang pertama.
Mutong = marah

Comments

Popular posts from this blog

PERKEMBANGAN METODOLOGI PENELITIAN

TEMBANG AQOID SEKET

LPM BURSA INISNU